Jauh sebelum terlibat dalam jaringan teroris, Dulmatin dikenal sebagai pribadi yang militan. Ketika di sawah, tak segan-segan dia mengingatkan teman-temannya untuk salat ketika sudah masuk waktu salat. Inilah kesaksian orang-orang yang mengenal salah satu teroris paling dicari itu.
DULMATIN lahir di sebuah desa di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Ketika kecil namanya adalah Joko. "Ketika masuk sekolah, ditambah menjadi Joko Pitono," kata Azzam Baabud, kakak Dulmatin.
Dari Joko Pitono berganti lagi menjadi Amar Usman. Kata Azzam, pergantian nama dari Joko Pitono menjadi Amar Usman melalui proses resmi, baik secara agama maupun administrasi. Dalam perkembangannya, Azzam kaget ketika adiknya itu juga punya beberapa nama lain. Salah satunya nama Dulmatin, yang terkenal sebagai salah satu teroris paling dicari. "Setahu keluarga dia berganti nama satu kali. Makanya, kami kaget ketika dia berubah menjadi Dulmatin," ujarnya.
Sayang, Azzam tak bersedia ketika diminta menceritakan lebih lanjut penggalan hidup adiknya itu. Teguh, salah seorang teman kecil Dulmatin, menceritakan, dirinya pernah sama-sama bertani dengan sosok yang ditembak mati di Pamulang Rabu lalu itu. "Saya mengenalnya dengan nama Amar. Kami pernah bertetangga menggarap sawah di Blok Karangserut, Desa Serang, Kecamatan Petarukan," cerita Teguh. "Itu terjadi sekitar 2001," lanjutnya. Di mata Teguh, Amar alias Dulmatin adalah petani yang rajin dan ulet.
Saat bertani itulah, Teguh menilai Dulmatin sangat militan dalam menjalankan agama. "Kalau ke sawah, dia (Dulmatin) selalu membawa Alquran kecil. Di sela-sela istirahat, dia selalu membacanya di bawah pohon mangga," ceritanya. Selain itu, lanjutnya, ketika sudah tiba waktu duhur, Amar selalu meneriaki teman-temannya dan para buruh tani agar beristirahat untuk salat.
Yang juga tak bisa dilupakan Teguh dari Amar adalah kebiasaannya yang tak suka banyak berbicara. "Dia termasuk orang yang nggak bisa lama kalau ngobrol. Daripada mengobrol, dia lebih memilih berlatih menembak dengan senapan burung," tutur pria 28 tahun itu.
Amar mulai jarang ke sawah, atau bahkan sama sekali tak ke sawah, setelah 2002. "Saya dan teman-teman yang mengenal Amar sangat kaget ketika diumumkan bahwa yang menjadi pelaku bom Bali adalah Dulmatin yang juga bernama alias Amar Usman. Lebih kaget lagi ketika melihat fotonya," katanya.
Sejak itulah, nama Dulmatin sering dikait-kaitkan dengan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI). Di kalangan aktivis JI, nama Dulmatin tergolong sangat disegani. Selain termasuk anggota senior, pria yang di Filipina berganti nama menjadi Zaid Ali tersebut mempunyai tampang sangar yang cukup membuat gentar. "Pandangannya soal jihad cukup kuat, dan dia bukan orang yang peragu," ucap mantan seorang anggota JI yang tak mau disebutkan namanya. Hanya, pandangan-pandangan Dulmatin soal jihad, tampaknya, mengikuti faksi Hambali (mantan ketua Mantiqi I yang kini mendekam di Guantanamo Bay)-Ali Ghufron (dieksekusi mati pada 9 November 2009 oleh pemerintah Indonesia).
Pandangan jihad Dulmatin adalah jihad ofensif. "Bukan jihad difa?i (defensif, Red)," ucapnya. Perbedaan pandangan soal jihad ini memang cukup penting karena menentukan karakter kelompok. Meski sama-sama melakukan persiapan perang, dengan memegang paham jihad ofensif, yang bersangkutan menganggap bahwa keadaan dunia seperti ini adalah perang.
Pemicunya adalah deklarasi AS soal perang terhadap terorisme. Logikanya, bila tentara AS bisa membunuhi warga sipil dalam perang di Iraq dan Afghanistan, mengapa tidak sebaliknya" Maka, sasaran pun bisa di mana saja dan kapan saja. Tak heran bila Dulmatin merupakan salah satu aktor utama di balik serangkaian aksi faksi Hambali-Ali Ghufron yang melakukan serangkaian peledakan gereja antara 1999?2002. Termasuk pula bom Bali I.
Perbedaan pandangan soal jihad inilah yang kemudian membuat Dulmatin mengambil langkah berbeda di Filipina. Ketika Kamp Abu Bakar hancur, dan satu-satunya kamp orang Indonesia di kawasan Liguasan Marsh, Mindanao, hendak "diusir" oleh pihak MILF, sikapnya berbeda. Bila teman-teman lain memutuskan untuk pulang, atau tetap di sana dengan alasan berlatih saja, berbeda dengan Dulmatin. Akhirnya, dia berseberangan sikap dengan Ali Fauzi (yang memilih balik Indonesia) dan Umar Patek (yang masih buron).
Bersama seseorang bernama Jundi alias Yusuf, dia meninggalkan Liguasan Marsh dan menuju Basilan, sarangnya kelompok Abu Sayyaf. Yang terakhir ini merupakan salah satu kelompok di Asia Tenggara yang jelas-jelas menyatakan afiliasinya dengan Al Qaidah. Dulmatin alias Zaid Ali sempat tertembak di Jolo, Basilan, pada 15 Januari 2007, meski kemudian tetap lolos.
Di kalangan teman-temannya, Dulmatin mempunyai spesialisasi sebagai pembuat firing device (detonator peledak). "Sangat andal. Bermacam-macam firing device bisa dibuatnya, dengan alat-alat yang sederhana," urainya. Sementara, yang ahli dalam memuat isi bom adalah Umar Patek. Nama terakhir ini sanggup membuat bom kimia, mencampurkannya, dan kemudian membuat bom yang sangat mematikan.
Persiapan Pemakaman
Jenazah Dulmatin akan dimakamkan di tanah milik keluarga di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Makam Dowo Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Pemalang. Hal itu ditegaskan pihak keluarga Dulmatin ketika dihubungi wartawan kemarin.
Lokasi makam itu kemarin didatangi warga yang penasaran dan ingin melihatnya dari dekat. Jika benar dimakamkan ke sana, berarti perjalanan dari rumah Dulmatin harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer. Rute ini akan melewati jalan beraspal dan menyusuri persawahan. Sebagian badan jalan dalam keadaan rusak dan sempit.
Kepala Desa Loning Nurmanto SE saat dikonfirmasi mengatakan, pihak keluarga Dulmatin melalui Herry Wibowo sudah mangajukan izin untuk pemakaman di desanya. "Keluarga Dulmatin sudah minta izin untuk dimakamkan di tanah milik keluarga yang berada di samping TPU Makam Dowo di desa kami," tegas Nurmanto. Dia menambahkan, masyarakat di desanya siap menerima jenazah Dulmatin.
Orang tua Dulmatin, H Usman Sofi, adalah warga Desa Loning dan dimakamkan di TPU Makam Dowo. Demikian pula buyutnya, H Abdul Syukur dan Hj Khotijah. Juga paman-pamannya dimakamkan di kompleks tersebut. Rumah keluarga besarnya juga masih terdapat di Desa Loning.
Salah seorang pekerja makam TPU Makam Dowo, Damiri, mengatakan, keluarga berencana memakamkan Dulmatin di samping TPU Makam Dowo. "Rencana mau dikubur di sini, tapi di tanah milik bapaknya, H Usman Sofi yang terletak di samping TPU. Tapi, waktunya kapan, saya tidak tahu," katanya.
Post a Comment