Saya tertarik mendengar dan membaca isu-isu yang berhembus belakangan ini. Berikut berita yang ditulis oleh surabayapost tentang berita tersebut. Coba anda simak tulisan terakhir yang dicetak miring. Semoga menambah wawasan.



Sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara menggelar pertemuan di Kantor Menko Polhukam, Senin (7/12). Pertemuan diduga mengantisipasi demo akbar dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Sedunia di Monas Jakarta, Selasa (9/12) besok. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencurigai ada motif politis lain di balik aksi akbar tersebut.



Hadir dalam pertemuan itu Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Panglima TNI Djoko Santoso, Kepala BIN Sutanto, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan perwakilan Menteri Dalam Negeri. Pertemuan berlangsung tertutup sejak pukul 09.00. Belum ada pejabat yang dapat memberikan komentar.



Sebelum rapat kabinet pada Jumat pekan lalu, Presiden SBY mengungkapkan kecurigaan bahwa gerakan antikorupsi 9 Desember akan disusupi kepentingan-kepentingan politis.



Sehari kemudian, Sabtu (5/12) malam, beredar resume pertemuan di Hotel Dharmawangsa di milist. Isinya tentang skenario penggulingan pemerintahan SBY, salah satunya melalui amuk massa. Di dalamnya disebut nama-nama yang terlibat dalam skenario itu, antara lain Prabowo Subianto, Surya Paloh, Suryopratomo, Syafii Maarif, Din Syamsudin, Jusuf Kalla, Yudhi Latif, Fajroel Rahman, dan Ray Rangkuti.




Minggu (6/12) saat menghadiri Rapimnas III Partai Demokrat 2009 di Jakarta, SBY mengulangi pernyataannya tentang motif lain di balik demo akbar besok. Bahkan, SBY juga merasa akan dijatuhkan. Tudingan bahwa sejumlah kader Partai Demokrat dan keluarganya, menerima aliran dana talangan (bail out) Bank Century disebutnya sebagai fitnah dan pembunuhan karakter.



’’Akal sehat saya mengatakan, perilaku politik seperti ini, paling tidak dalam jangka pendek ingin menggoyang, mendeskreditkan, dan kalau bisa menjatuhkan SBY dan pemerintahannya. Jangka menengah dan panjang, ingin menghancurkan nama baik Partai Demokrat di muka rakyat agar pada Pemilu 2014 dilupakan dan diharapkan kalah total,’’ papar SBY.



Hotel Dharwangsa adalah salah satu hotel elite di Jl Brawijaya Raya No. 26, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Selama ini, hotel bintang lima ini seringkali dipakai oleh sejumlah politisi untuk menggelar pertemuan-pertemuan politik. Pertemuan hak angket beras impor, hak angket BBM, pertemuan Miranda Swaray Goeltom dengan beberapa politisi PDI Perjuangan, juga digelar di hotel ini.



Sementara itu, menghadapi demo akbar besok, Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar pun mengatakan akan mengerahkan setengah kekuatannya. Mabes Polri dan TNI AD juga siaga. ’’Prinsipnya, bagi Polri tidak ada masalah asal diberitahukan dan dilakukan secara damai pasti dikawal polisi,’’ ujar Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri Irjen Pol Saleh Saaf dalam pesan singkatnya, pagi tadi.



Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, TNI AD siap melakukan pengamanan khusus bila ada permintaan dari Polri. Hal itu diungkapkan di sela-sela acara apel Danrem-Dandim Terpusat di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, pagi tadi.







Sensasi atau Taktik



Namun, pengamat politik Yudhi Latif yang namanya disebut ikut pertemuan Dharmawangsa menyebut pertemuan Dharmawangsa itu sensasi belaka. ’’Ha…ha…ha... Pertama, saya katakan rapatnya sendiri ada atau tidak ada. Saya kira, ini sensasi terbesar abad ini,” katanya di Jakarta, pagi tadi.



Sebelumnya, Jusuf Kalla, Din Syamsudin, Prabowo Subianto, dan Syafi’i Maarif menyampaikan bantahan serupa.



Menurut Yudhi, isu pertemuan Dharmawangsa ini merupakan taktik SBY untuk melumpuhkan gerakan 9 Desember besok. Bahkan dosen Universitas Paramadina ini mengaku Presiden SBY menjadi korban salah informasi.



Sama halnya dengan kasus bom JW Marriott, di mana presiden SBY terlalu cepat mengaitkan aksi bom ini dengan pemilu. Padahal faktanya, aksi bom ini memang dilakukan oleh teroris. ’’Saya kira, SBY mendapatkan informasi yang salah. Hal yang sama dengan kasus bom JW Marriott. Juga, input untuk menangkap Bibit dan Chandra ternyata juga salah,” katanya.



Yudhi menegaskan kemungkinan salah input terkait pertemuan Dharmawangsa bisa jadi. Atau bisa jadi unsur-unsur intelijen sengaja menyesatkan Presiden SBY. ’’Kalau itu yang terjadi, gawat sekali. Makanya diperiksa betul, apakah ini salah input unsur-unsur intelijen atau unsur-unsur intelijen sengaja melakukan kesalahan,” tegasnya.



Yudhi melihat, reaksi SBY terhadap isu pertemuan Dharmawangsa sangat tidak efektif. Sikap ini hanya akan membesarkan aksi 9 Desember ini. ’’Saya melihat, reaksi SBY atas isu pertemuan Dharmawangsa kurang proporsional. Sehingga membuat isu yang seringkali kecil menjadi besar. Makanya seorang presiden harus hati-hati membuat pernyataan. Kalau ternyata pernyataan seorang presiden tidak mengandung kebenaran maka lama-lama kurang mendapatkan kepercayaan public,” ujarnya.



Tapi Partai Demokrat yakin pertemuan Dharmawangsa itu ada dan menunjukkan sebagai inskonstitusional. ’’Pemerintahan SBY itu dipilih oleh rakyat. Harus sadar, mereka telah melakukan tindakan yang inkonstitusional,’’ kata Wakil Sekjen Partai Demokrat Syarif Hasan.



Ia mengatakan, skenario menjatuhkan SBY dalam waktu 100 hari melalui angket Century yang disebut-sebut disusun dalam pertemuan itu akan sulit terjadi. Karena Demokrat terbukti tidak menerima satu sen pun aliran dana Century yang Rp 6,7 triliun itu. ’’Beliau (SBY) mengingatkan cara begitu adalah sesuatu hal yang merusak,’’ katanya.







Demo 9 Desember



Persiapan peringatan 9 Desember itu memang disebar di seluruh daerah selain di Jakarta. Gerakan mahasiswa Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang secara kebetulan sedang melakukan acara di Medan memusatkan peringatan di sana. Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) menggerakkan seluruh cabang di daerah-daerah. Aksi yang sama juga dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).



Aksi ini dipelopori Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang merencanakan akan melakukan peringatan di 33 provinsi. Aksi akan melibatkan tokoh agama dan tokoh nasional. ’’Skenarionya sederhana banget, gerakan 9 Desember serentak dilakukan di seluruh Indonesia di 33 provinsi,’’ kata koordinator Koalisi Masyarakat Anti Korupsi (Kompak) Fadjroel Rachman, Senin (7/12).



’’Tidak aksi penggulingan presiden. Di daerah-daerah hanya diisi dengan seminar dan diskusi. Ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, rencananya bisa sampai 400 kabupaten kota,’’ katanya.



Di Jakarta aksi dipusatkan di Monas dengan melibatkan tokoh-tokoh agama, nasional, antikorupsi dan penyanyi. ’’Pukul 12.00 WIB kita kumpul dan jalan ke Bundaran Hotel Indonesia (HI) sampai pukul 15.00 WIB,’’ kata Fadjroel.



’’Jadi ungkapan Presiden SBY itu kalau aksi untuk makar dan penggulingan itu berlebihan dan paranoid. Apalagi SBY mendasarkannya dari informasi fiktif pertemuan di Darmawangsa, itu benar-benar tidak benar,’’ tegasnya.



Ray Rangkuti yang juga disebut-sebut hadir di pertemuan Dharmawangsa mencemaskan kemungkinan adanya tekanan yang berlebihan terhadap demo 9 Desember besok. Kabar yang beredar menyebutkan, ada aksi tandingan dari sekelompok orang tertentu yang juga akan turun pada hari yang sama. Ray tidak mengharapkan terjadi benturan. Tapi pihaknya mengatakan, tidak takut menghadapinya. mer, viv





Analisa Situasi:




1. Isu korupsi adalah memang isu kelas menengah



2. Tidak menyentuh ke rakyat langsung



3. Namun berdasarkan pengalaman dalam demokrasi liberal, isu ini efektif untuk menjatuhkan kekuasaan SBY (ex: Gus Dur, Joseph Estrada, dll) melalui mekanisme parlementer



4. Di tingkat rakyat isu korupsi dapat menjadikan kekuasaan kehilangkan kepercayaan dan apatisme terhadap elite politik



5. Jika isu ini terus berkembang dan persoalan kemiskinan serta lapangan kerja akut akan menjadi potensi sentimen yang akut juga: akan menjadi kesamaan isu ekonomi, akan terdorong isu politik bisa mengulangi peristiwa Mei 1998.








Klarifikasi Target:




1. Memperbesar isu pemerintah bersih dan efektif hingga SBY terdelegitimasi




2. Reposisi jabatan dan tawar-menawar mengganti posisi




3. Menggulingkan SBY sebelum 100 hari dengan parlementer




4. Menggulingkan SBY dengan amuk massa








Pola Gerakan




Mendorong Gerakan Atas :




1. Akan tetap dimotori kelompok yang berkumpul di Imparsial dan Kontras ditugaskan kepada Syafii Maarif dan Din Syamsudin yang masih bisa berbicara dengan Todung Mulya Lubis, Komarudin Hidayat, Goenawan Mohamad/Bambang Harry Murti.




Platform: Clean Goverment




Sasaran Prioritas: pemberantasan korupsi dengan membersihkan institusi penegak hukum. Kelompok ini cenderung bargaining karena mereka mendukung liberalisasi, dan berhenti setelah TPF terbentuk (tetapi ketika SBY berpidato tentang pengungkapan bank Century dianggap akan mengorbankan Wapres Boediono, kemudian mereka langsung menyerang SBY yang bakal jatuh sebelum 100 hari.




2. Akan tetap dimotori Kompak, (ditugaskan kpd Fadjroel Rahman, Ray Rangkuti, dan Yudi Latif) posisi politik sama dengan yang di atas seakan-akan mendorong semua institusi negara mematuhi rekomendasi TPF lalu didorong untuk menggulingkan SBY.




3. Forum Rektor, garisnya hampir sama menolak kriminalisasi KPK dan masuk ke isu Bank Century (Syafii Maarif)




4. Forum 28 (ditugaskan kepada Yudi Latif dan Fadjroel Rahman)




5. DPR, hak angket bank Century, tugas bersama JK dan Prabowo dengan melobi Aburizal Bakrie dan Megawati Soekarnoputri.




6. Media, ini cukup memberikan energi bagi pergerakan yang ada di bawah dimotori Metro TV dan TV One.




Dan media cetaknya adalah KOMPAS dan Media Indonesia. ditugaskan kepada Surya Paloh dan Suryopratomo




7. Facebooker, kelas menengah yang pro kemapanan sistemik, hitam putih melihat perkembangan politik mendorong agar tak berhenti di gerakan pembebasan Bibit & Chandra. (ditugaskan kepada tim IT kampanye Mega-Pro)








Segera mendekati simpul-simpul atau tokoh-tokoh massa gerakan bawah:




1. Gerakan spontan setelah Bibit & Chandra ditahan




2. Gerakan, mahasiswa aktif, akademisi, beberapa tokoh masyarakat




3. Bergerak di luar kampus




4. Bergerak sedikit meluas ke kota-kota




5. Walau belum melibatkan massa yang luas (para simpul atau tokoh ini bisa didekati dengan pendekatan yang persuasif dan materi untuk didorong ke gerakan penggulingan ditugaskan kepada Yudi Latif).

0 comments

Post a Comment

,