Perusahaan keamanan cyber AS memperingatkan adanya hacker yang menggunakan virus canggih Zeus untuk menyedot uang tunai dari rekening online di lembaga keuangan Inggris.

Pencuri Cyber telah mendapatkan lebih dari satu juta dolar AS sejak awal Juli dan "serangan masih terus berlangsung," kata perusahaan keamanan berbasis di California M86 dalam sebuah peringatan online Rabu.

Perangkat lunak itu diam-diam menyelinap ke komputer korbannya, kemungkinan besar melalui website jebakan dan dirancang untuk membajak sesi online banking, menurut M86.

Perangkat lunak berbahaya itu berada di antara nasabah dan bank, menampilkan layar dan mengendalikan transaksi.

"Nasabah dari salah satu lembaga keuangan terbesar telah menjadi korban serangan canggih oleh penjahat dunia maya menggunakan malware berbasis web untuk merampok uang melalui sistem online bank," lapor M86.

Pusat komando dan kontrol penjahat cyber itu saat dilacak berada di Eropa Timur dan temuan itu telah dilaporkan pihak penegak hukum, menurut perusahaan keamanan itu.

"Para penjahat terus mencari cara baru yang canggih untuk mencuri informasi dan uang tanpa terdeteksi," kata M86.

"Dan itu semakin sulit bagi perusahaan-perusahaan keamanan untuk dapat mendahului perkembangan malware baru dan dinamis."


Perang Indonesia-Malaysia makin panas. Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya.

Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru.

Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service.

Ada sekitar 14 ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia.

Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.

Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5.000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal.

Pasukan Indonesia mundur dan tidak penah menginjakkan kaki lagi di bumi Malaysia. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

Pada zaman Presiden Soekarno, Indonesia berperang dengan Malaysia. Kala itu, penyebabnya karena Soekarno murka dengan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia.

Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase.

Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora).

Komando tersebut kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatera yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO.

Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris sebaga Pangkopur-I. Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan RPKAD. Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II.

Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.

Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia.

Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia.

Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 200 pasukan khusus Indonesia (Kopassus) tewas dan 2.000 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan). [bersambung]

Pesawat Kepresidenan USA

Posted by wiby | 9:13 PM


Kalau tidak aral melintang, sebentar lagi salah satu pesawat yang tergolong istimewa bakal mendarat di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Air Force One, demikian namanya.
Sebetulnya Air Force One bukanlah merujuk pada teknis sebuah pesawat, melainkan nama sandi untuk pesawat milik Angkatan Udara AS (US Air Force) yang dinaiki oleh Presiden Amerika. Jadi semua pesawat milik AS yang misalnya dalam keadaan darurat dinaiki sang presiden, maka namanya menjadi “Air Force One”. Nama sandi ini berfungsi untuk membedakan antara pesawat yang sedang dinaiki Presiden Amerika dengan yang tidak.
Demikian juga ketika Presiden Amerika melakukan perjalanan darat, nama sandinya dikenal dengan “Army One”. Sementara ketika sedang naik Helikopter (milik US Marine), maka nama sandinya adalah “Marine One”.
Meski begitu pemerintah AS tetap memiliki kendaraan khusus presiden untuk setiap nama sandi. Kendaraan-kendaraan ini rutin digunakan Presiden Amerika dan kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan Marine One (helikopter), Army One (Kendaraan lapis baja), dan Air Force One (pesawat udara).
Seluk Beluk Air Force One
Pemerintah AS mulai berpikir memiliki pesawat kepresidenan ketika masa Presiden Theodore Roosevelt pada dekade 1910-an. Saat itu, tugas-tugas Presiden Amerika sudah semakin kompleks dan dibutukan sebuah pesawat khusus untuk menunjang kinerjanya.
Namun pada masa itu, industri pesawat terbang belum berkembang pesat. Baru pada era 30-an produksi pesawat mulai bergeliat, termasuk pesawat perang.
Pesawat khusus pertama yang diusulkan untuk digunakan presiden adalah pesawat VIP transport C-87A. Pada tahun 1943 pesawat bernomor 41-24159 dengan nama Guess Where II ini digunakan sebagai transportasi VIP Presiden Roosevelt.
Sekarang, pesawat Air Force One ada dua buah, semuanya buatan Boeing. Jenisnya adalah 740-200 bermesin jumbo jet dengan nomor seri VC-25A. Dua pesawat ini nyaris identik, baik warna, dan bentuknya. Bedanya terletak pada nomor di ekornya, yakni 28000 dan 29000.
Masing-masing pesawat memiliki empat mesin jet elektrik CF6-80C2B1. Batas kecepatannya antara 630 dan 700 mil per jam dengan maksimal ketinggian terbang adalah 45.100 kaki. Air Force One membawa 53.611 galon bahan bakar dan mampu mengelilingi setengah dunia tanpa mengisi bahan bakar dalam sekali terbang.
Spesifikasi Air Force One tak berbeda banyak dengan pesawat komersial Boeing 740 yang lain. Hanya saja kompartemen pesawat di desain sedemikian rupa untuk menunjang pekerjaan Presiden Amerika, tak heran pesawat ini sering disebut “The Flying White House”.
Sebagai pesawat kepresidenan, Air Force One memang menjadi transportasi udara yang megah, aman, dan canggih. Pesawat ini adalah ujung tombak simbol kedigdayaan AS di udara. Di dalam pesawat, Presiden AS dan segenap stafnya masih bisa menjalankan tugas sehari-hari. Pesawat ini menyediakan berbagai fasilitas kelas satu untuk tetap bisa menjalankan komando pemerintahan, meskipun dunia sedang diguncang perang nuklir misalnya.
Jika di Gedung Putih Presiden bekerja di Ruang Oval, maka di dalam Air Force One, ruang kerja presiden bernama Presidential Suite yang terletak di bagian depan pesawat. Di area ‘milik’ presiden ini tersedia kamar tidur, kamar mandi dan ruang santai. Layaknya sebuah kantor, para para staf senior presiden juga diberikan ruang keja sendiri-sendiri. Selain itu terseda juga ruang rapat yang cukup besar untuk membahas isu-isu penting.
Di dalam Air Force One terdapat ruangan ruang pers yang disediakan bagi para jurnalis yang ikut meliput kegiatan Presiden Amerika. Tentu saja ruangan ini tidak kalah nyaman karena disediakan tempat buat rileks serta tempat untuk bekerja.
Soal layanan multimedia juga tak kalah canggihnya, Air Force One telah dilengkapi 85 saluran sambungan telepon, radio dua-arah, mesin faksimili, dan jaringan internet wireless berkecapatan tinggi. Tak perlu khawatir koneksi internet atau telepon terganggu, karena sudah didesain anti sadap dan anti jamming, serta telah terkoneksi langsung dengan jaringan satelit tanpa perlu melalui Base Tranceiver Station (BTS).
Di segala penjuru kompartemen Air Force One, tersedia 19 televisi yang dapat menyiarkan hampir semua saluran televisi dunia, tentu saja tanpa khawatir gambar jelek karena gangguan sinyal.
Karena begitu komplitnya peralatan elektronik yang terpasang, terdapat jaringan kabel saja sebagian dari berat pesawat adalah berupa kabel. Jeroan pesawat ini terlilit kabel sepanjang yang mencapai 238 mil panjangnya. Panjang kabel ini sanggup melilit dua pesawat Boeing 747-200. Bahkan kabel itu bukanlah kabel biasa, karena telah diberi pelapis khusus sehingga aman dari serangan pulsa elektromagnet (EMP/Electro Magnet Pulse) atau gelombang kejut yang dipancarkan ledakan nuklir.
Soal keamanan, jangan ditanya. Mungkin Air Force One adalah pesawat teraman yang ada di dunia. Baik dari ancaman dari luar maupun dari dalam. Mereka yang boleh naik pesawat ini selain presiden adalah para staf dan pejabat-pejabat penting Amerika. Mereka menerapkan standar keamanan tingkat tinggi, mulai dari tim medis yang profesional dengan alat-alat kesehatan yang canggih, kebersihan makanan pun dipantau selama 24 jam penuh.
Dalam prosedur penerbangan mereka juga punya standar baku yang ketat. Sebelum Air Force One terbang, persiapan menyeluruh dilakukan atas pesawat ini. Semua perangkat pesawat dicek, bahkan kabarnya para kru pesawat yang memang sudah terpilih, akan diinapkan selama berhari-hari di Andrew Air Force Base sebelum hari keberangkatan.
Beberapa hari sebelum Air Force One mendarat di suatu tujuan, Angkatan Udara AS lebih dulu mengirim sebuah pesawat kargo C141 Starlifter. Pesawat ini memuat, van untuk para pengawal, mobil kepresidenan, serta perlengkapan persenjataan. Saat berada di udara pun, Air Force One akan dikawal oleh sedikitnya dua pesawat tempur.
Untuk menjaga keamanan, menjelang pendaratan Air Force One, seluruh penerbangan di lokasi pendaratan akan di bersihkan. Tak ada sebuah pesawat pun yang boleh mendarat sebelum Air Force One mendarat dengan mulus. Kadang pembersihan jalur penerbangan ini memakan waktu minimal setengah jam atau lebih. Karena repotnya prosedur penerbangan Air Force One, tak heran pesawat ini jarang mendarat di bandar udara komersial melainkan di pangkalan udara.